Kamis, 12 September 2013

PEDOMAN PENYUSUNAN PORTOFOLIO UNTUK PSKGJ



PEDOMAN PENYUSUNAN PORTOFOLIO
PENGAKUAN PENGALAMAN KERJA DAN HASIL BELAJAR
(PPKHB)

1.      Identitas Diri
1
Nama

2
NIM

3
NUPTK

4
Tempat/Tanggal Lahir

5
Jenis Kelamin

6
Alamat Tempat Tinggal

7
Email

8
No.HP

9
Pendidikan Terakhir/Tahun Lulus

10
Nama Pendidikan Terakhir

11
Nama Sekolah Tempat Mengajar

12
Alamat Sekolah Tempat Mengajar

13
Mata Pelajaran yang Diampu

14
No.SK Mengajar

15
Alamat Sekolah Tempat Mengajar


2.      Fotokopi ijazah yang telah di legalisir sebanyak rangkap 2
3.      Fotokopi SK Mengajar yang telah di legalisir oleh Dinas Pendidikan/ Kepala Sekolah
4.      Sertifikat-sertifikat yang  yang dimiliki terkait program pendidikan atau sosial
5.      Piagam Penghargaan yang dimiliki terkait pendidikan (pembinaan siswa), olah raga, guru teladan/ berprestasi, maupun kegiatan sosial
6.      Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk tematik sebanyak 5 set mewakili Matematika, IPA, IPS, PPKn, Bahasa Indonesia (diketik komputer)
7.      Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang diterbitkan di koran, penelitian, jurnal (Jika Ada)

NB :
·         Dikumpulkan Paling Lambat tanggal 30 Oktober 2013
·         Portofolio dibuat rangkap 2 set yang terdiri dari :
-          1 set berkas asli/legalisir (kecuali Ijazah dan SK Mengajar hanya yg dilegalisir)
-          1 set berkas fotokopi


Senin, 07 Mei 2012

10

Keterampilan Dasar Mengajar

A.    Keterampilan Dasar Mengajar

Guru merupakan suatu tenaga professional yang berada dalam lingkungan kependidikan. Hal ini menuntut guru untuk memiliki suatu kompetensi yang harus dikuasai oleh guru. Disamping itu juga guru juga harus menguasai suatu keterampilan dasar dalam mengajar, karena seoarang guru yang professional setidaknya harus memiliki dua modal dasar dalam mengelola kegiatan interaksi belajar mengajar, yaitu kemampuan mendesain program dan keterampilan mengkomunikasikan program itu kepada anak didik. Dua modal dasar inilah yang dikenal dengan “Keterampilan Dasar Mengajar”.

Meskipun pada saat ini sebagian guru masih menggunakan cara-cara yang konvesional dalam pembelajaran. Hal ini dianggap masih mudah dilaksanakan dan peserta didik pun lebih paham dengan cara-cara konvesional guru dalam menyampaikan materi ajar. Namun dalam pembelajaran pun seorang guru harus mampu membangkitkan partisipasi peserta didik dalam belajar, sehingga pembelajaran berlangsung secara baik dan menyenangkan.
Banyak keterampilan dasar mengajar yang harus dikuasai oleh seorang guru dan guru juga harus mampu mengkomninasikannya dengan baik. Namun dalam pelaksanaannya keterampilan dasar mengajar ini masih dianggap rumit oleh sebagian guru, karena guru harus memahaminya dengan baik agar dalam pembelajaran dapat terjadi interaksi balajar yang baik. Setidaknya ada delapan keterampilan dasar mengajar yang harus dimiliki oleh guru agar dalam pembelajaran dapat terjadi interaksi timbale balik antara peserta didik dan guru serta sesama peserta didik.

B.     Beberapa Keterampilan Dasar Mengajar

1.      Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran

Dalam Usman (1979 : 91)yang dimaksud dengan keterampilan membuka dan menutup pelajaran (Set induction) adalah usaha sadar atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan prokondisi bagi murid agar mental maupun perhatian terpusat pada apa yang akan dipelajarinya sehingga usaha tersebut dapat membawa efek positif dalam kegiatan belajar mengajar.
Kegiatan membuka pelajaran tidak hanya dilakukan oleh guru pada awal jam pelajaran, tapi dapat dilakukan pada setiap penggal kegiatan inti pelajaran yang diberikan selama jam pelajaran itu.
Tujuan pokok siasat membuka pelajaran (Set induction)adalah:
  1. Menyiapkan mental anak didik agar siap memasuki materi yang akan dibicarakan.
  2. Menimbulkan minat serta pemusatan perhatian anak didik terhadap materi yang akan dibicarakan
Contoh:
Guru : Nah, anak-anak! Pada pertemuan kali ini kita akan mempelajari suatu pokok pembahasan baru tentang “Bangun datar”. Tetapi sebelum kita pelajari lebih lanjut topic tersebut, cobalah perhatikan dahulu ke depan. Gambar apakah yang Bapak pegang ini? Ya, kamu Beni dan seterusnya.
Untuk menyiapkan mental dan minat anak didik pada pelajaran, dapat dilakukan melalui upaya-upaya sebagai berikut:
  1. Menghubungkan materi yang telah dipelajari dengan materi yang telah disajikan.
  2. Menyampaikan tujuan yang akan dicapai dan garis besar materi yang akan dipelajari.
  3. Menyampaikan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dan tugas-tugas yang harus diselesaikan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
  4. Mengajukan pertanyaan, baik untuk mengetahui pemahaman anak didik terhadap pelajaran yang telah lalu maupun untuk menjajaki kemampuan awal berkaitan dengan bahan yang akan dipelajari.
Kegiatan menutup pembelajaran (closure) adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajar mengajar. Dengan menutup pembelajaran tersebut dapat memberi deskripsi pelajaran yang baru dipelajari oleh peserta didik, disamping itu untuk mengetahui tingkat pencapaian peserta didik dan tingkat keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar.
Bentuk usaha guru dalam mengakhiri kegiatan belajar mengajar adalah sebagai berikut:
  1. Merangkum atau membuat garis-garis besar persoalan yang baru dibahas atau dipelajari sehingga siswa memperoleh gambaran jelas tentang esensi pokok pelajaran yang baru dipelajari
  2. Mengonsolidasikan perhatian siswa terhadap hal-hal yang pokok dalam pembelajaran
  3. Mengorganisasikan semua kegiatan atau pelajaran yang telah dipelajari
  4. Memberikan tindak lanjut (follow up) berupa ajakan atau saran agar materi yang baru dipelajari jangan dilupakan serta agar dipelajari kembali di rumah.
Komponen keterampilan membuka dan menutup pelajaran
  1. a. Membuka pelajaran
Komponen keterampilan membuka pelajaran meliputi:
1)      Menarik perhatian siswa, antara lain dengan:
a)      Gaya mengajar guru
b)      Penggunaan alat bantu pelajaran
c)      Pola interaksi yang bervariasi
2)      Menimbulkan motivasi, antara lain dengan:
a)      Kehangatan dan keantusiasan
b)      Menimbulkan rasa ingin tahu
c)      Mengemukan ide yang bertentangan
d)     Memperhatikan minat siswa
3)      Memberi acuan melalui berbagai cara seperti:
a)      Mengemukan tujuan dan batas-batas tugas
b)      Menyarankan langkah-langkah yang akan dilakukan
c)      Mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas
d)     Mengajukan pertanyaan-pertanyaan
4)      Membuat kaitan atau hubungan antara materi-materi yang akan dipelajari dengan pengalaman dan pengetahuan yang telah dikuasai siswa
  1. b. Menutup Pelajaran
1)      Meninjaua kembali penguasaan inti pelajaran dengan merangkum inti pelajaran dan membuat ringkasan
2)      Mengevaluasi antara lain dengan:
a)      Mendemostrasikan keterampilan
b)      Mengaplikasikan ide baru pada situasi lain
c)      Mengeksplorasikan pendapat peserta didik
d)     Memberikan soal-soal tertulis

2.      Keterampilan Bertanya

Dalam pembelajaran tidak asing lagi dengan yang namanya bertanya. Hal ini sangat diperlukan dan seorang guru harus mamiliki keteranpilan bertanya sebab pertanyaan yang tersusun dengan baik dan teknik pelontaran yang tepat pula  akan memberikan dampak positif terhadap siswa, yaitu:
  1. Meningkatkan partisipasi peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar
  2. Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu masalah yang sedang dibicarakan
  3. Mengembangkan pola dan cara berpikir aktif dari peserta didik
  4. Menuntun proses berpikir siswa
  5. Memusatkan perhatian siswa
Dasar-dasar pertanyaan yang baik:
a.  Jelas dan mudah dimengerti
Pertanyaan perlu disusun secara jelas dan singkat, serta harus memperhitungkan kemampuan berfikir dan perbendaharaan kata ya ng dikuasai anak didik, serta hindari pertanyaan yang terlalu panjang dan berbelit-belit.
b.  Berikan informasi yang cukup untuk menjawab pertanyaan
Dalam mengajukan pertanyaan mungkin guru perlu memberikan acuan berupa penjelasan singkat berisi informasi yang sesuai dengan jawabanyang diharapkan
c.  Difokuskan pada suatu masalah tertentu
Pertanyaan dapat digunakan untuk memusatkan perhatian anak didik, disamping pemusatan perhatian dapat juga dilakukan dengan mengetuk meja, mengetuk papan tulis dan tepuk tangan.
  1. Berikan waktu yang cukup untuk berpikir sebelum menjawab pertanyaan
  2. Berikan respon yang ramah dan menyenangkan
  3. Tuntulah peserta didik sehingga mereka mampu menemukan jawaban sendiri dengan benar
Dalam menjawab pertanyaan, mungkin anak didik tidak dapat memberika jawan yang tepat, dala hal ini hendaknya guru memberikan tuntunan menuju suatu jawaban yang tepat. Hal ini dapat dilakukan seperti dengan mengulangi pertanyaan dengan cara lain dan nahsanya lebih sederhana serta susunan kata yang lebih mudah dipahami anak didik.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam keterampilan bertanya:
a.  Kehangatan dan keantusiasan
Dalam proses belajar, guru harus menunjukan sikap yang baik pada waktu mengajukan pertanyaan maupun menerima jawaban peserta didik. Sikap ini dapat ditunjukan dengan suara, ekspresi wajah, gerakan, dan posisi badan menampakan ada tidaknya kehangatan dan keantusiasan.
b.  Kebiasaan yang perlu dihindari
1)      Mengulang pertanyaan yang peserta didik tidak mampu menjawabnya
2)      Mengulang jawaban siswa
3)      Menjawab sendiri pertanyaan yang diberikan
4)      Usahakan pertanyaan yang diberikan tidak dijawab serempak oleh peserta didik
5)      Menentukan siapa siswa yang harus menjawab pertanyaan
6)      Pertanyaan ganda

3.      Keterampilan Menjelaskan

Menjelaskan adalah mendeskripsikan secara lisan tentang sesuatu benda, keadaan, fakta dan data sesuai dengan waktu dan hukum-hukum yang berlaku. Menjelaskan merupakan suatu aspek penting yang harus dimiliki guru, mengingat sebagian besar pembelajaran menuntut guru untuk memberikan penjelasan. Penguasaan keterampilan menjelaskan yang didemonstrasikan guru akan memungkinkan siswa memiliki pemahaman yang mantap tentang masalah yang dijelaskan, serta meningkatnya keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran.Penggunaan penjelasan dalam pembelajaran memilki beberapa komponen yang harus diperhatikan.
Komponen-komponen keterampilan menjelaskan
1)        Merencanakan
Perencanaan yang diberikan oleh guru perlu direncanakan dengan baik, terutama yang berkenaan dengan isi pesan dan penerimaan pesan. Yang berkaitan dengan isi pesan (materi) meliputi penganalisaan masalah secara keseluruhan. Mengenai dengan penerimaan pesan (peserta didik) hendaknya perhatikan hal-hal atau perbedaan pada setiap anak yang akan menerima pesan seperti usia, jenis kelamin, kemampuan, latar belakang sosial-ekonomi, bakat, dan minat.
2)        Penyajian suatu penjelasan
Agar penjelasan yang diberikan dapat dipahami, dalam penyajianya perlu diperhatikan hal-hal berikut :
a)      Bahasa yang diucapkan harus jelas dan enak didengar.
b)      Gunakan intonasi sesuai dengan materi yang dijelasan.
c)      Gunakan bahasa indonesia yang baik dan benar, serta hindari kata-kata yang tidak perlu, seperti “eu”,”mm”,”ya ya ya dan lain-lain.
d)     Bila ada istilah khusus atau baru berilah anak didik defenisi yang tepat.
e)      Perhatikan apakah semua anak didik dapat menerima, memahami penjelasan serta penjelasan tersebut dapat membangkitkan motifasi belajr mereka.
Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan suatu penjelasan, seperti :
  1. Penjelasan dapat diberikan selama pembelajaran, baik di awal, di tengah maupun di akhir pembelajaran.
  2. Penjelasan harus menarik perhatian anak didik sesuai dengan materi standar dan kompetensi dasar.
  3. Penjelasan dapat diberikan untuk menjawab pertanyaan anak didik.
  4. Materi yang dijelaskan harus sesuai dengan KD(kompetensi dasar) dan bermakna bagi anak didik.
  5. Penjelasan yang diberikan harus sesuai dengan latar belakang dan tingkat kemampuan anak didik.

4.      Keterampilan Memberi Penguatan

Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respons, apakah bersifat verbal ataupun non verbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku peserta didik, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik (feedback) bagi peserta didik atas perbuatannya sebagai suatu tindak dorongan ataupun koreksi.
a. Tujuan Pemberian Penguatan
Penguatan mempunyai pengaruh positif yang berupa sikap positif terhadap proses belajar peserta didik dan bertujuan sebagai berikut:
1)      Meningkatkan perhatian siswa dalam belajar
2)      Merangsang dan meningkatkan motivasi belajar
3)      Meningkatkan kegiatan belajar dan membina tingkah laku peserta didik yang produktif.

b. Jenis-jenis penguatan
1)      Penguatan verbal
Biasanya diutarakan dengan menggunakan kata-kata pujian, pengahargaan, persetujuan, dan sebagainya, misalnya: bagus; bagus sekali; betul; pintar; ya, seratus buat kamu.
2)      Penguatan non verbal
a)      Penguatan gerak isyarat : anggukan, gelengan, senyuman, kerut kening, acungan jempol, dsb.
b)      Penguatan pendekatan: guru berdiri disamping siswa
c)      Penguatan dengan sentuhan (contact) : berjabat tangan, menepuk-nepuk pundak siswa
d)     Penguatan dengan kegiatan menyenangkan
e)      Penguatan berupa symbol-simbol: seperti kartu bergambar, lencana, ataupun komentar tertulis
f)       Tidak langsung menyalahkan siswa

c. Prinsip penggunaan penguatan
1)      Kehangatan dan keantusiasan
Sikap dan gaya guru, termasuk suara, mimik, dan gerak badan, akan menunjukan adanya kehangatan dan keantusiasan dalam memberikan penguatan.
2)      Kebermaknaan
Penguatan hendaknya diberikan sesuai dengan tingkah laku dan penampilan peserta didik sehingga ia mengerti dan yakin bahwa patut diberi penguatan.
3)      Menghindari penggunaan respon yang negative
Komentar, bercanda, menghina, ejekan yang kasar perlu dihindari karena akan mematahkan semangat peserta didik untuk mengembangkan dirinya.

5.      Keterampilan Mengadakan Variasi

Variasi stimulus adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan murid sehingga dalam situasi belajar mengajar murid senantiasa menunjukan ketekunan, antusiasme, serta penuh partisipasi.
a. Tujuan dan manfaat
1)      Untuk menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa kepada aspek-aspek belajar mengajar yang relavan
2)      Untuk memberikan kesempatan bagi berkembangnya bakat ingin mengetahui dan menyelidiki pada siswa tentang hal-hal yang baru
3)      Untuk memupuk tingkah laku yang positif terhadap guru dan sekolah dengan berbagai cara mengajar yang lebih hidup dan lingkungan belajar yang lebih baik
4)      Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh cara menerima pelajaran yang disenanginya
Variasi dalam kegiatan belajar-mengajar dapat dokelompokan menjadi 3 bagian, yaitu:
a.  Variasi dalam gaya mengajar
1)      Pengunaan variasi suara.
Variasi suara adalah perubahan nada suara dari keras menjadi lemah, dari tinggi menjadi lemah, atau pada suatu saat memberikan tekanan pada kata-kata tertentu.
2)      Pemusatan perhatian.
Memusatkan perhatian pada hal-hal yang dianggap penting dapat dilakukan guru dengan perkataan seperti: ”perhatikan baik-baik” dan lain-lain.
3)      Kesenyapan.
Adanya kesenyapan tiba-tiba yang disengaja guru ketika menerangkan sesuatu merupakan suatu alat yang baik untuk menarik perhatian.
4)      Mengadakan kontak pandang.
Apabila guru berbicara dengan siswa sebaiknya pandangan menjelajahi seluruh kelas dan melihat ke mata siswa untuk menunjukkan interaksi dengan mereka.
5)      Gerakan badan dan mimic.
b. Variasi dalam ekspresi wajah guru,
gerakan kepala, gerakan badan adalah aspek yang amat penting dalam berkomunikasi. Hal ini tidak saja menarik perhatian siswa tetapi lebih dari itu, yaitu untuk menyampaikan arti dari pesan lisan yang dimaksudkan.
c. Pergantian posisi guru dalam kelas.
Pergantian posisi guru dalam kelas dapat digunakan untuk mempertahankan perhatian siswa. Pergantian posisi disini dimaksudkan ke arah depan atau belakang, ke kiri atau ke kanan.

b. Variasi dalam penggunaan media dan bahan pengajaran
Media dan alat pengajaran dapat digolongkan menjadi 3, yaitu:
1)      Alat/bahan yang dapat dilihat.
Contohnya: grafik, gambar di papan tulis, peta, poster, dan sebagainya.
2)      Alat/bahan yang dapat didengar.
Contohnya: rekaman suara, suara musik, dan sebagainya.
3)      Alat/bahan yang dapat diraba atau dimanipulasi.
Contohnya: patung, alat mainan, sempoa, dan sebagainya

c. Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa
Pola interaksi dapat berbentuk klasikal, kelompok dan perorangan sesuai dengan keperluan, sedangkan variasi kegiatan dapat berupa mendengarkan informasi, menelaah materi, diskusi, latihab atau demonstrasi.
Dalam mengadakan variasi, guru perlu mengingat prinsip-prinsip penggunaannya yang meliputi :
  1. Kesesuaian
  2. Kewajaran
  3. Kelancaran dan kesinambungan
  4. Serta perencanaan bagi alat/bahan yang memerlukan penataan khsusus.

6.      Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil

Diskusi kelompok kecil suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan, atau pemecahan masalah. Peserta didik berdiskusi dalam kelompok-kelompok kecil dibawah pengawasan guru atau temannya untuk berbagai informasi, pemecahan masalah, atau pengambilan keputusan.
Ciri-ciri diskusi kelompok kecil:
  1. Melibatkan 3-9 orang peserta.
  2. Berlangsung dalam interaksi tatap muka yang informal.
  3. Mempunyai tujuan yang dicapai dengan kerja sama antar anggota lainnya.
  4. Berlangsung menurut proses yang sistematis.
Komponen keterampilan yang perlu dimiliki oleh pimpinan diskusi kelompok kecil adalah sebagai berikut:

a. Memusatkan perhatian
1)      Merumuskan tujuan diskusi secara jelas.
2)      Merumuskan kembali masalah.
3)      Menandai hal-hal yang tidak relevan,jika terjadi penyimpangan.
4)      Merangkum hasil pembicaraan pada saat-saat tertentu.

b. Memperjelas masalah atau urunan pendapat
1)      Menguraikan kembali atau merangkum urunan pendapat peserta.
2)      Mengajukan pertanyaan pada anggota kelompok tentang pendapat orang lain.
3)      Menguraikan gagasan anggota kelompok dengan tambahan informasi.

c. Menganalisis pandangan siswa
1)      Meneliti apakah alasan yang dikemukakan punya dasar yang kuat.
2)      Memperjelas hal-hal yang disepakati dan yang tidak disepakati.

d. Meningkatkan urunan siswa
1)      Mengajukan pertanyaan kunci yang menantang mereka untuk berfikir.
2)      Memberi contoh pada saat yang tepat.
3)      Menghangatkan suasana dengan mengajukan pertanyaan yang mengandung perbedaan pendapat.
4)      Memberi waktu untuk berfikir.
5)      Mendengarkan dengan penuh perhatian.

e. Menyebarkan kesempatan berpartisipasi
1)      Memancing pendapat peserta yang enggan berpartisipasi.
2)      Memberikan kesempatan pertama kepada siswa yang enggan berpartisipasi.
3)      Mencegah secara kebijaksanaan peserta yang suka memonopoli pembicaraan.
4)      Mendorong mahasiswa untuk mengomentari pendapat temannya.
5)      Meminta pendapat siswa jika terjadi jalan buntu.

f. Menutup diskusi dengan cara:
1)      Merangkum hasil diskusi.
2)      Memberikan gambaran tindak lanjut.
3)      Mengajak para siswa menilai proses diskusi yang telah berlangsung.
Diskusi kelompok kecil memungkinkan siswa:
  1. Berbagi informasi dan pengalaman dalam memecahkan masalah.
  2. Menimgkatkan pemahaman terhadap masalah penting.
  3. Meningkatkan keterlibatan dalan perencanaan dan pengambilan keputusan.
  4. Mengembangkan kemampuan berfikir dan berkomunikasi.
  5. Membina kerja sama yang sehat, kelompok yang kohesif, dan bertanggung jawab

7.      Keterampilan Mengelola Kelas

Keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan dalam menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang optimal guna terjadi proses belajar mengajar yang serasi dan efektif.
a. Tujuan guru menguasai keterampilan mengelola kelas adalah :
1)      Mendorong siswa mengembangkan tanggung jawab individu maupun klasikal dalam berperilaku yang sesuai dengan tata tertib serta aktivitas yang sedang berlangsung.
2)      Menyadari kebutuhan siswa.
3)      Memberikan respon yang efektif terhadap prilaku siswa.

b. Komponen keterampilan:
1)      Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal,dapat dilakukan dengan cara :
a)       Menunjukan sikap yang tanggap seperti memdekati,memberi reaksi terhadap gangguan dalam kelas, dll.
b)      Membagi perhatian secara visual dan verbal.
c)       Memusatkan perhatian kelompok dengan cara menyiapkan siswa dan menuntut  tanggung jawab siswa.
d)      Memberi petunjuk-petunjuk yang jelas.
2)      Keterampilan yang berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar yang optimal.
3)      Keterampilan yang berkaitan dengan respon guru terhadap respon negatif siswa yang berkelanjutan.

c. Enam (6) prinsip penggunaan keterampilan mengelola kelas, yaitu:
1)      Kehangatan dan keantusiasan dalam mengajar.
2)      Menggunakan kata-kata atau tindakan yang dapat menantang siswa untuk berfikir.
3)      Mmenggunakan berbagai variasi untuk menghilangkan kejenuhan.
4)      Keluwesan guru dalam pelaksanaan tugas.
5)      Penekanan pada hal-hal yang bersifat positif.
6)      Penanaman disiplin diri sendiri.

d. Hal-hal yang harus  dihindari guru dalam mengelola kelas, yaitu:
1)      Campur tangan yang berlebihan.
2)      Penghentian suatu pembicaraan/kegiatan karena ketidaksiapan guru.
3)      Ketidakpastian memulai dan mengakhiri pelajaran.
4)      Penyimpangan,terutama yang berkaitan dengan disiplin diri.
5)      Bertele-tele.
6)      Pengulangan penjelasan yang tidak diperlukan.

8.      Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan

Didalam kelas,seorang guru mungkin menghadapi banyak kelompok kecil serta banyak siswa yang masing-masing diberi kesempatan belajar secara kelompok maupun perorangan.
a. Peranan guru dalam penguasaan keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan adalah:
1)        Organisator kegiatan belajar mengajar
2)        Sumber informasi bagi siswa
3)        Pendorong bagi siswa untuk belajar
4)        Penyedia materi dan kesempatan belajar bagi siswa
5)        Pendiagnosa dan pemberi bantuan kepada siswa sesuai dengan kebutuhannya.

b. Komponen keterampilan, yaitu:
1)      Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi,dengan cara :
a)        Kehangatan dan kepekaan terhadap kebutuhan siswa
b)        Mendengarkan secara simpatik gagasan yang dikemukakan siswa
c)        Membangun hubungan saling mempercayai
d)       Menerima perasaan siswa dengan penuh pengertian dan keterbukaan
e)        Mengendalikan situasi agar siswa merasa aman.

2)   Keterampilan mengorganisasikan,dengan cara :
a)        Memberi orientasi umum
b)        Memvariasikan kegiatan
c)        Mengkoordinasikan kegiatan
d)       Membagi-bagi perhatian dalam berbagai tugas
e)        Mengakhiri kegiatan dengan kulminasi berupa laporan atau kesepakatan.

3)   Keterampilan membimbing dan memudahkan belajar.
a)        Memberi penguatan yang sesuai
b)        Mengembangkan supervisi proses awal yang mencakup sikap tanggap terhadap keadaan siswa
c)        Mengadakan supervisi proses lanjutan yang berupa bantuan yang diberikan secara selektif
d)       Mengadakan supervise pemanduan,dengan cara mendekati setiap kelompok/perorangan agar mereka siap untukmengikuti kegiatan akhir.

4)   Keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang meliputi hal-hal berikut :
a)        Menetapkan tujuan belajar
b)        Merencanakan kegiatan belajar
c)        Berperan sebagai penasehat
d)       Membantu siswa menilai kemajuan sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
Suherman, Erman, dkk. 2003. Common Textbook Edisi Revisi Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung : UPI.
Usman, Moh. Uzer. 2006. Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja Rosdakarya.


11.
Fungsi Guru dalam Pembelajaran (Manajemen Kelas) 1. Fungsi Instruksional
Sepanjang sejarah keguruan, tugas atau fungsi guru yang sudah tradisional adalah mengajar (to teach), yaitu ; 1) menyampaikan sejumlah keterangan-keterangan dan fakta-fakta kepada murid, 2) memberikan tugas-tugas kepada mereka, dan 3) mengoreksi atau memeriksanya. Fungsi intruksional inilah yang masih selalu diutamakan oleh hampir semua orang yang disebut guru, dan fungsi instruksional ini masih dominan dalam karier besar guru.

2. Fungsi Edukasional
Fungsi guru sesungguhnya bukan hanyalah mengajar, akan tetapi juga harus mendidik (to educate). Fungsi educational ini harus merupakan fungsi sentral guru. Dalam fungsi ini setiap guru harus berusaha mendidik murid-muridnya menjadi manusia dewasa.

3. Fungsi Managerial
Fungsi kepemimpinan atau managerial guru ini dalam administrasi sekolah modern tidak hanya terbatas di dalam kelas, akan tetapi juga menyangkut situasi sekolah dimana ia bekerja, bahkan menynangkut pula kegiatan-kegiatan di dalam masyarakat.

Fungsi Guru dalam Manajemen Kelas
Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks. Mengajar adalah segala upaya yang disengaja dalam rangka memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan yang dirumuskan. Dalam prosesnya aktivitas yang menonjol dalam pengajaran ada pada siswa. Namun demikian bukanlah berarti peran guru tersisihkan; melainkan diubah. Guru berperan bukan sebagai penyampai informasi, tetapi bertindak sebagai director dan facilitator of learning – pengarah dan pemberi fasilitas untuk terjadinya proses belajar

Jumat, 27 April 2012

contoh



September 15, 2008 — Dadan Wahidin






i

4 Votes
Quantcast

1. Apa bahan ajar (materi pembelajaran) itu?
Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai.
2.Apa prinsip-prinsip dalam memilih bahan ajar?
Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi: (a) prinsip relevansi, (b) konsistensi, dan (c) kecukupan. Prinsip relevansi artinya materi pembelajaran hendaknya relevan memiliki keterkaitan dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Prinsip konsistensi artinya adanya keajegan antara bahan ajar dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Misalnya, kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam. Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya.
3. Bagaimana langkah-langkah dalam memilih bahan ajar?
Materi pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan oleh guru dan harus dipelajari siswa hendaknya berisikan materi atau bahan ajar yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Secara garis besar langkah-langkah pemilihan bahan ajar meliputi : (a) mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar yang menjadi acuan atau rujukan pemilihan bahan ajar, (b) mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar, (c) memilih bahan ajar yang sesuai atau relevan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah teridentifikasi tadi., dan (d) memilih sumber bahan ajar. Secara lengkap, langkah-langkah pemilihan bahan ajar dapat dijelaskan sebagai berikut:
  • Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebelum menentukan materi pembelajaran terlebih dahulu perlu diidentifikasi aspek-aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dipelajari atau dikuasai siswa. Aspek tersebut perlu ditentukan, karena setiap aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar memerlukan jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran.
  • 1. Apa bahan ajar (materi pembelajaran) itu?
Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai.
2.Apa prinsip-prinsip dalam memilih bahan ajar?
Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi: (a) prinsip relevansi, (b) konsistensi, dan (c) kecukupan. Prinsip relevansi artinya materi pembelajaran hendaknya relevan memiliki keterkaitan dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Prinsip konsistensi artinya adanya keajegan antara bahan ajar dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Misalnya, kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam. Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya.
3. Bagaimana langkah-langkah dalam memilih bahan ajar?
Materi pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan oleh guru dan harus dipelajari siswa hendaknya berisikan materi atau bahan ajar yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Secara garis besar langkah-langkah pemilihan bahan ajar meliputi : (a) mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar yang menjadi acuan atau rujukan pemilihan bahan ajar, (b) mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar, (c) memilih bahan ajar yang sesuai atau relevan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah teridentifikasi tadi., dan (d) memilih sumber bahan ajar. Secara lengkap, langkah-langkah pemilihan bahan ajar dapat dijelaskan sebagai berikut:
  • Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebelum menentukan materi pembelajaran terlebih dahulu perlu diidentifikasi aspek-aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dipelajari atau dikuasai siswa. Aspek tersebut perlu ditentukan, karena setiap aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar memerlukan jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran.
  • Identifikasi jenis-jenis materi pembelajaran. Sejalan dengan berbagai jenis aspek standar kompetensi, materi pembelajaran juga dapat dibedakan menjadi jenis materi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Materi pembelajaran aspek kognitif secara terperinci dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu: fakta, konsep, prinsip dan prosedur (Reigeluth, 1987). Materi jenis fakta adalah materi berupa nama-nama objek, nama tempat, nama orang, lambang, peristiwa sejarah, nama bagian atau komponen suatu benda, dan lain sebagainya. Materi konsep berupa pengertian, definisi, hakekat, inti isi. Materi jenis prinsip berupa dalil, rumus, postulat adagium, paradigma, teorema.Materi jenis prosedur berupa langkah-langkah mengerjakan sesuatu secara urut, misalnya langkah-langkah menelpon, cara-cara pembuatan telur asin atau cara-cara pembuatan bel listrik.Materi pembelajaran aspek afektif meliputi: pemberian respon, penerimaan (apresisasi), internalisasi, dan penilaian. Materi pembelajaran aspek motorik terdiri dari gerakan awal, semi rutin, dan rutin.
  • Memilih jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Materi yang akan diajarkan perlu diidentifikasi apakah termasuk jenis fakta, konsep, prinsip, prosedur, afektif, atau gabungan lebih daripada satu jenis materi. Dengan mengidentifikasi jenis-jenis materi yang akan diajarkan, maka guru akan mendapatkan kemudahan dalam cara mengajarkannya. Setelah jenis materi pembelajaran teridentifikasi, langkah berikutnya adalah memilih jenis materi tersebut yang sesuai dengan standar kompetensi atau kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Identifikasi jenis materi pembelajaran juga penting untuk keperluan mengajarkannya. Sebab, setiap jenis materi pembelajaran memerlukan strategi pembelajaran atau metode, media, dan sistem evaluasi/penilaian yang berbeda-beda. Misalnya, metode mengajarkan materi fakta atau hafalan adalah dengan menggunakan “jembatan keledai”, “jembatan ingatan” (mnemonics), sedangkan metode untuk mengajarkan prosedur adalah “demonstrasi”.
  • Memilih sumber bahan ajar. Setelah jenias materi ditentukan langkah berikutnya adalah menentukan sumber bahan ajar. Materi pembelajaran atau bahan ajar dapat kita temukan dari berbagai sumber seperti buku pelajaran, majalah, jurnal, koran, internet, media audiovisual, dsb.
4. Bagaimana menentukan cakupan dan urutan bahan ajar?
a. Menentuan cakupan bahan ajar
Dalam menentukan cakupan atau ruang lingkup materi pembelajaran harus diperhatikan apakah jenis materinya berupa aspek kognitif (fakta, konsep, prinsip, prosedur) aspek afektif, ataukah aspek psikomotorik. Selain itu, perlu diperhatikan pula prinsip-prinsip yang perlu digunakan dalam menentukan cakupan materi pembelajaran yang menyangkut keluasan dan kedalaman materinya. Keluasan cakupan materi berarti menggambarkan berapa banyak materi-materi yang dimasukkan ke dalam suatu materi pembelajaran, sedangkan kedalaman materi menyangkut seberapa detail konsep-konsep yang terkandung di dalamnya harus dipelajari/dikuasai oleh siswa. Prinsip berikutnya adalah prinsip kecukupan (adequacy). Kecukupan (adequacy) atau memadainya cakupan materi juga perlu diperhatikan dalam pengertian. Cukup tidaknya aspek materi dari suatu materi pembelajaran akan sangat membantu tercapainya penguasaan kompetensi dasar yang telah ditentukan. Cakupan atau ruang lingkup materi perlu ditentukan untuk mengetahui apakah materi yang harus dipelajari oleh murid terlalu banyak, terlalu sedikit, atau telah memadai sehingga sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai.
b. Menentukan urutan bahan ajar
Urutan penyajian (sequencing) bahan ajar sangat penting untuk menentukan urutan mempelajari atau mengajarkannya. Tanpa urutan yang tepat, jika di antara beberapa materi pembelajaran mempunyai hubungan yang bersifat prasyarat (prerequisite) akan menyulitkan siswa dalam mempelajarinya. Misalnya materi operasi bilangan penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Siswa akan mengalami kesulitan mempelajari perkalian jika materi penjumlahan belum dipelajari. Siswa akan mengalami kesulitan membagi jika materi pengurangan belum dipelajari. Materi pembelajaran yang sudah ditentukan ruang lingkup serta kedalamannya dapat diurutkan melalui dua pendekatan pokok , yaitu: pendekatan prosedural, dan hierarkis. Pendekatan prosedural yaitu urutan materi pembelajaran secara prosedural menggambarkan langkah-langkah secara urut sesuai dengan langkah-langkah melaksanakan suatu tugas. Misalnya langkah-langkah menelpon, langkah-langkah mengoperasikan peralatan kamera video. Sedangkan pendekatan hierarkis menggambarkan urutan yang bersifat berjenjang dari bawah ke atas atau dari atas ke bawah. Materi sebelumnya harus dipelajari dahulu sebagai prasyarat untuk mempelajari materi berikutnya.
5. Apa yang dimaksud dengan sumber bahan ajar?
Sumber bahan ajar merupakan tempat di mana bahan ajar dapat diperoleh. Dalam mencari sumber bahan ajar, siswa dapat dilibatkan untuk mencarinya, sesuai dengan prinsip pembelajaran siswa aktif (CBSA). Berbagai sumber dapat kita gunakan untuk mendapatkan materi pembelajaran dari setiap standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sumber-sumber dimaksud dapat disebutkan di bawah ini: (a) buku teks yang diterbitkan oleh berbagai penerbit . Gunakan sebanyak mungkin buku teks agar dapat diperoleh wawasan yang luas, (b) laporan hasil penelitian yang diterbitkan oleh lembaga penelitian atau oleh para peneliti sangat berguna untuk mendapatkan sumber bahan ajar yang atual atau mutakhir, (c) Jurnal penerbitan hasil penelitian dan pemikiran ilmiah. Jurnal-jurnal tersebut berisikan berbagai hasil penelitian dan pendapat dari para ahli di bidangnya masing-masing yang telah dikaji kebenarannya, (d) Pakar atau ahli bidang studi penting digunakan sebagai sumber bahan ajar yang dapat dimintai konsultasi mengenai kebenaran materi atau bahan ajar, ruang lingkup, kedalaman, urutan, dsb,, (e) Profesional yaitu orang-orang yang bekerja pada bidang tertentu. Kalangan perbankan misalnya tentu ahli di bidang ekonomi dan keuangan, (f) Buku kurikulum penting untuk digunakan sebagai sumber bahan ajar. Karena berdasar kurikulum itulah standar kompetensi, kompetensi dasar dan materi bahan dapat ditemukan. Hanya saja materi yang tercantum dalam kurikulum hanya berisikan pokok-pokok materi. (g) Penerbitan berkala seperti harian, mingguan, dan bulananyang banyak berisikan informasi yang berkenaan dengan bahan ajar suatu matapelajaran, (h) Internet yang yang banyak ditemui segala macam sumber bahan ajar. Bahkan satuan pelajaran harian untuk berbagai matapelajaran dapat kita peroleh melalui internet. Bahan tersebut dapat dicetak atau dikopi, (i) Berbagai jenis media audiovisual berisikan pula bahan ajar untuk berbagai jenis mata pelajaran. Kita dapat mempelajari gunung berapi, kehidupan di laut, di hutan belantara melalui siaran televisi, dan (j) lingkungan ( alam, sosial, senibudaya, teknik, industri, ekonomi). Perlu diingat, dalam menyusun rencana pembelajaran berbasis kompetensi, buku-buku atau terbitan tersebut hanya merupakan bahan rujukan. Artinya, tidaklah tepat jika hanya menggantungkan pada buku teks sebagai satu-satunya sumber bahan ajar. Tidak tepat pula tindakan mengganti buku pelajaran pada setiap pergantian semester atau pergantian tahun. Buku-buku pelajaran atau buku teks yang ada perlu dipelajari untuk dipilih dan digunakan sebagai sumber yang relevan dengan materi yang telah dipilih untuk diajarkan. Mengajar bukanlah menyelesaikan satu buku, tetapi membantu siswa mencapai kompetensi. Karena itu, hendaknya guru menggunakan banyak sumber materi. Bagi guru, sumber utama untuk mendapatkan materi pembelajaran adalah buku teks dan buku penunjang yang lain.
6. Bagaimana strategi dalam memanfaatkan bahan ajar?
Secara garis besarnya, dalam memanfaatkan bahan ajar terdapat i dua strategi, yaitu: (a) Strategi penyampaian bahan ajar oleh Guru dan (b) Strategi mempelajari bahan ajar oleh siswa
a. Strategi penyampaian bahan ajar oleh Guru :
Strategi penyampaian bahan ajar oleh guru diantaranya: (1) Strategi urutan penyampaian simultan; (2) Strategi urutan penyampaian suksesif; (3) Strategi penyampaian fakta; (4) Strategi penyampaian konsep; (5) Strategi penyampaian materi pembelajaran prinsip; dan (6) Strategi penyampaian prosedur.
  • Strategi urutan penyampaian simultan yaitu jika guru harus menyampaikan materi pembelajaran lebih daripada satu, maka menurut strategi urutan penyampaian simultan, materi secara keseluruhan disajikan secara serentak, baru kemudian diperdalam satu demi satu (Metode global);
  • Strategi urutan penyampaian suksesif, jika guru harus manyampaikan materi pembelajaran lebih daripada satu, maka menurut strategi urutan panyampaian suksesif, sebuah materi satu demi satu disajikan secara mendalam baru kemudian secara berurutan menyajikan materi berikutnya secara mendalam pula.
  • Strategi penyampaian fakta, jika guru harus manyajikan materi pembelajaran termasuk jenis fakta (nama-nama benda, nama tempat, peristiwa sejarah, nama orang, nama lambang atau simbol, dsb.),
  • Strategi penyampaian konsep, materi pembelajaran jenis konsep adalah materi berupa definisi atau pengertian. Tujuan mempelajari konsep adalah agar siswa paham, dapat menunjukkan ciri-ciri, unsur, membedakan, membandingkan, menggeneralisasi, dsb.Langkah-langkah mengajarkan konsep: Pertama sajikan konsep, kedua berikan bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok, contoh dan bukan contoh), ketiga berikan latihan (exercise) misalnya berupa tugas untuk mencari contoh lain, keempat berikan umpan balik, dan kelima berikan tes;
  • Strategi penyampaian materi pembelajaran prinsip, termasuk materi pembelajaran jenis prinsip adalah dalil, rumus, hukum (law), postulat, teorema, dsb.
  • (6) Strategi penyampaian prosedur, tujuan mempelajari prosedur adalah agar siswa dapat melakukan atau mempraktekkan prosedur tersebut, bukan sekedar paham atau hafal. Termasuk materi pembelajaran jenis prosedur adalah langkah-langkah mengerjakan suatu tugas secara urut.
b. Strategi mempelajari bahan ajar oleh siswa
Ditinjau dari guru, perlakuan (treatment) terhadap materi pembelajaran berupa kegiatan guru menyampaikan atau mengajarkan kepada siswa. Sebaliknya, ditinjau dari segi siswa, perlakuan terhadap materi pembelajaran berupa mempelajari atau berinteraksi dengan materi pembelajaran. Secara khusus dalam mempelajari materi pembelajaran, kegiatan siswa dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu : (1) menghafal; (2) menggunakan; (3) menemukan; dan (4) memilih.
  • Menghafal (verbal & parafrase). Ada dua jenis menghafal, yaitu menghafal verbal (remember verbatim) dan menghafal parafrase (remember paraphrase). Menghafal verbal adalah menghafal persis seperti apa adanya. Terdapat materi pembelajaran yang memang harus dihafal persis seperti apa adanya, misalnya nama orang, nama tempat, nama zat, lambang, peristiwa sejarah, nama-nama bagian atau komponen suatu benda, dsb. Sebaliknya ada juga materi pembelajaran yang tidak harus dihafal persis seperti apa adanya tetapi dapat diungkapkan dengan bahasa atau kalimat sendiri (hafal parafrase). Yang penting siswa paham atau mengerti, misalnya paham inti isi Pembukaan UUD 1945, definisi saham, dalil Archimides, dsb.
  • Menggunakan/mengaplikasikan (Use). Materi pembelajaran setelah dihafal atau dipahami kemudian digunakan atau diaplikasikan. Jadi dalam proses pembelajaran siswa perlu memiliki kemampuan untuk menggunakan, menerapkan atau mengaplikasikan materi yang telah dipelajari. Penggunaan fakta atau data adalah untuk dijadikan bukti dalam rangka pengambilan keputusan. Penggunaan materi konsep adalah untuk menyusun proposisi, dalil, atau rumus. Selain itu, penguasaan atas suatu konsep digunakan untuk menggeneralisasi dan membedakan. Penerapan atau penggunaan prinsip adalah untuk memecahkan masalah pada kasus-kasus lain. Penggunaan materi prosedur adalah untuk dikerjakan atau dipraktekkan. Penggunaan materi sikap adalah berperilaku sesuai nilai atau sikap yang telah dipelajari. Misalnya, siswa berhemat air dalam mandi dan mencuci setelah mendapatkan pelajaran tentang pentingnya bersikap hemat.
  • Menemukan. Yang dimaksudkan penemuan (finding) di sini adalah menemukan cara memecahkan masalah-masalah baru dengan menggunakan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang telah dipelajari. Menemukan merupakan hasil tingkat belajar tingkat tinggi. Gagne (1987) menyebutnya sebagai penerapan strategi kognitif. Misalnya, setelah mempelajari hukum bejana berhubungan seorang siswa dapat membuat peralatan penyiram pot gantung menggunakan pipa-pipa paralon. Contoh lain, setelah mempelajari sifat-sifat angin yang mampu memutar baling-baling siswa dapat membuat protipe, model, atau maket sumur kincir angin untuk mendapatkan air tanah.
  • Memilih di sini menyangkut aspek afektif atau sikap. Yang dimaksudkan dengan memilih di sini adalah memilih untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Misalnya memilih membaca novel dari pada membaca tulisan ilmiah. Memilih menaati peraturan lalu lintas tetapi terlambat masuk sekolah atau memilih melanggar tetapi tidak terlambat, dsb.
7. Apa yang dimaksud dengan materi prasyarat dan perbaikan, dan pengayaan?
Dalam mempelajari materi pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar terdapat beberapa kemungkinan pada diri siswa, yaitu siswa belum siap bekal pengetahuannya, siswa mengalami kesulitan, atau siswa dengan cepat menguasai materi pembelajaran. Kemungkinan pertama siswa belum memiliki pengetahuan psyarat. Pengetahuan prasyarat adalah bekal pengetahuan yang diperlukan untuk mempelajari suatu bahan ajar baru. Misalnya, untuk mempelajari perkalian siswa harus sudah mempelajari penjumlahan. Untuk mengetahui apakah siswa telah memiliki pengetahuan prasyarat, guru harus mengadakan tes prasyarat (prequisite test). Jika berdasar tes tersebut siswa belum memiliki pengetahuan prasyarat, maka siswa tersebut harus diberi materi atau bahan pembekalan. Bahan pembekelan (matrikulasi) dapat diambil dari materi atau modul di bawahnya. Dalam menghadapi kemungkinan kedua, yaitu siswa mengalami kesulitan atau hambatan dalam menguasai materi pembelajaran, guru harus menyediakan materi perbaikan (remedial). Materi pembelajaran remedial disusun lebih sederhana, lebih rinci, diberi banyak penjelasan dan contoh agar mudah ditangkap oleh siswa. Untuk keperluan remedial perlu disediakan modul remidial. Dalam menghadapi kemungkinan ketiga, yaitu siswa dapat dengan cepat dan mudah menguasai materi pembelajaran, guru harus menyediakan bahan pengayaan (enrichment). Materi pengayaan berbentuk pendalaman dan perluasan. Materi pengayaan baik untuk pendalaman maupun perluasan wawasan dapat diambilkan dari buku rujukan lain yang relevan atau disediakan modul pengayaan. Selain pengayaan, perlu dipertimbangkan adanya akselerasi alami di mana siswa dimungkinkan untuk mengambil pelajaran berikutnya. Untuk keperluan ini perlu disediakan bahan atau modul akselerasi.
Disarikan : dari Depdiknas. 2006. Pedoman Memilih dan Menyusun Bahan Ajar. Jakarta.


       Ditulis pada hari Selasa, 9 Agustus 2011 | 22:50 WIB
Secara umum manfaat media pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran lebih afektif dan efisien. Sedangkan secara lebih khusus manfaat media pembelajaran adalah:
 Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan 
Dengan bantuan media pembelajaran, penafsiran yang berbeda antar guru dapat dihindari dan dapat mengurangi terjadinya kesenjangan informasi diantara siswa dimanapun berada.
 Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik 
Media dapat menampilkan informasi melalui suara, gambar, gerakan dan warna, baik secara alami maupun manipulasi, sehingga membantu guru untuk menciptakan suasana belajar menjadi lebih hidup, tidak monoton dan tidak membosankan.
Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif 
Dengan media akan terjadinya komunikasi dua arah secara aktif, sedangkan tanpa media guru cenderung bicara satu arah
.
Efisiensi dalam waktu dan tenaga 
Dengan media pembelajaran tujuan belajar akan lebih mudah tercapai secara maksimal dengan waktu dan tenaga seminimal mungkin. Guru tidak harus menjelaskan materi ajaran secara berulang-ulang, sebab dengan sekali sajian menggunakan media, siswa akan lebih mudah memahami pelajaran.
Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa 
Media pembelajaran dapat membantu siswa menyerap materi belajar lebih mandalam dan utuh. Bila dengan mendengar informasi verbal dari guru saja, siswa kurang memahami pelajaran, tetapi jika diperkaya dengan kegiatan melihat, menyentuh, merasakan dan mengalami sendiri melalui media pemahaman siswa akan lebih baik.
Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja 
Media pembelajaran dapat dirangsang sedemikian rupa sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar dengan lebih leluasa dimanapun dan kapanpun tanpa tergantung seorang guru.Perlu kita sadari waktu belajar di sekolah sangat terbatas dan waktu terbanyak justru di luar lingkungan sekolah.
Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar
Proses pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga mendorong siswa untuk mencintai ilmu pengetahuan dan gemar mencari sendiri sumber-sumber ilmu pengetahuan.
Kemampuan yang melekat pada sosok guru yang profesional salah satunya ialah berkaitan dengan kemampuan mengembangkan bidang ilmu tersebut menjadi bahan ajar sesuai dengan konteks kurikuler dan kebutuhan peserta didik (pedagogical content knowledge). Dalam PP nomor 19 tahun 2005 Pasal 20, diisyaratkan bahwa guru diharapkan mengembangkan materi pembelajaran, yang kemudian dipertegas melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses, yang antara lain mengatur tentang perencanaan proses pembelajaran yang mensyaratkan bagi pendidik pada satuan pendidikan untuk mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Dengan demikian, guru diharapkan mampu mengembangkan bahan ajar dan mengimplementasikan dalam pembelajaran.


    Namun masalah penting yang sering dihadapi guru dalam kegiatan pembelajaran adalah memilih atau menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar yang tepat dalam rangka membantu siswa mencapai kompetensi. Kendala tersebut ialah guru memberikan bahan ajar atau materi pembelajaran terlalu luas atau terlalu sedikit, terlalu mendalam atau terlalu dangkal, urutan penyajian yang tidak tepat, dan jenis materi bahan ajar yang tidak sesuai dan sumber bahan ajar dititikberatkan pada buku.


    Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji dan menelaah kontribusi latar belakang biografis dan pemahaman guru dalam pengembangan bahan ajar terhadap implementasi dalam pembelajaran pada mata pelajaran IPS kelas lima SD. Penelitian ini merupakan penelitian survei yang ditujukan untuk menguji hubungan antaravariabel. Jumlah sampel sebesar 159 guru dengan  subjek penelitian terbatas pada guru yang mengajar kelas lima sekolah dasar yang tersebar di  delapan kecamatan yang ada di Kota Tasikmalaya. Instrumen penelitian yang digunakan terdiri dari lembar tes, angket, dan analisis dokumen.Teknik analisis data menggunakan uji Normalitas, uji Homogenitas, uji Chi-Square, ANOVA satu jalur. 


    Kesimpulan dari penelitian ini diketahui sebagai berikut (1) sebagian besar pemahaman guru terhadap pengembangan bahan ajar dan kinerja guru dalam implementasi pembelajaran pada mata pelajaran IPS SD kelas lima berada pada kategori sedang (cukup); (2) terdapat kontribusi latar belakang biografis jenis kelamin guru dengan nilai asymtop signifikasinya sebesar (0,001), pendidikan terakhir (0,000), jurusan yang diambil (0,000), pengalaman  pelatihan (0,009). Namun untuk latar belakang usia dan pengalaman mengajar tidak terdapat kontribusi terhadap implementasi dalam pembelajaran yaitu masing-masing sebesar (0,081) dan (0,051); (3) terdapat kontribusi pemahaman guru terhadap implementasi dalam pembelajaran IPS SD kelas lima sebesar (0,325) di mana nilai r tabel (95%) (159) sebesar  (0,15); (4) terdapat kontribusi latar belakang biografis yang meliputi faktor jenis kelamin sebesar (0,001), pendidikan terakhir (0,000), jurusan yang diambil (0,000), pengalaman  pelatihan (0,000) terhadap pemahaman guru dalam pengembangan bahan ajar. Namun untuk latar belakang usia dan pengalaman mengajar tidak terdapat kontribusi terhadap pemahaman guru dalam pengembangan bahan ajar yaitu masing-masing sebesar (0,081) dan (0,051). Secara khusus diketahui bahwa guru masih menemui kendala dalam mengidentifikasi, membedakan dan menentukan jenis materi dalam bahan ajar. Selain itu diketahui guru-guru belum membuat dan mengembangakan bahan ajar perangkat silabus dan RPP secara mandiri dan perangkat bahan ajar tersebut belum sesuai dengan kehidupan nyata, kondisi aktual dan  kontekstual sesuai dengan sosial-kultural yang ada di Kota Tasikmalaya.


    Hasil penelitian ini memberikan rekomendasi bahwa guru perlu memperkuat  aspek ketrampilan teknis dalam mengidentifikasi SK dan KD; (b) jenis-jenis materi pembelajaran; dan (c) penentuan cakupan atau ruang lingkup, kedalaman dan keluasan materi pokok yang nantinya akan termuat dalam bahan ajar silabus dan RPP. Selain itu, keikutsertaan dalam pelatihan pengembangan kurikulum (in-service training) khususnya pengembangan bahan ajar perlu ditingkatkan dan dijadikan kebutuhan yang strategis untuk peningkatan kualitas pembelajaran peserta didik.
10 Cara Kreatif Mengajar Matematika
Share
Berikut ini ada beberapa aktifitas di kelas untuk menumbuhkan kreativitas dalam pengajaran matematika. Dalam pengajaran, sering-seringlah mengajukan pertanyaan kritis seperti “Apakah Kamu mencoba ini?” “Apa yang akan terjadi jika ada ini ?” “Apakah kamu dapat?” untuk meningkatkan pemahaman anak-anak dari ide-ide dan kosakata matematika. Berikut beberapa aktifitas yang mungkin dapat dipraktekkan di kelas:
1. Gunakan dramatisasi. [...]
Artikel von edukasiana
edukasiana’s Website
Berikut ini ada beberapa aktifitas di kelas untuk menumbuhkan kreativitas dalam pengajaran matematika. Dalam pengajaran, sering-seringlah mengajukan pertanyaan kritis seperti “Apakah Kamu mencoba ini?” “Apa yang akan terjadi jika ada ini ?” “Apakah kamu dapat?” untuk meningkatkan pemahaman anak-anak dari ide-ide dan kosakata matematika. Berikut beberapa aktifitas yang mungkin dapat dipraktekkan di kelas:
1. Gunakan dramatisasi. Ajaklah anak-anak berpura-pura berada di sebuah bola (sphere) atau kotak (prisma), merasakan sisi-sisinya, ujung-ujungnya, dan sudutnya dan menyandiwarakan secara sederhana masalah aritmatika seperti: Tiga katak melompat dalam kolam dsb.
2. Menggunakan anggota tubuh anak-anak. Menyarankan agar anak-anak menunjukkan berapa banyak kaki, mulut, dan sebagainya. Ketika diminta untuk menampilkan “tiga tangan,” mereka akan menanggapi dengan protes keras, dan kemudian menunjukkan berapa banyak tangan yang mereka memiliki( “membuktikan”) ini. Kemudian mengajak anak-anak untuk menampilkan nomor dengan jari, dimulai dengan pertanyaaan sederhana, “Berapa usia Kamu?” Kemudian siswa diminta menunjukkan angka yang diminta guru. Selain itu guru menampilkan angka dalam berbagai cara (misalnya, menunjukkan lima dengan tiga pada jari tangan kiri dan dua di jari tangan kanan).
3. Menggunakan permainan. Melibatkan anak-anak bermain yang memungkinkan mereka untuk melakukan matematika dalam berbagai cara, termasuk pengurutan, menciptakan bentuk simetris dan bangunan, membuat pola, dan sebagainya. Kemudian memperkenalkan permainan jual-beli di toko, menunjukkan anak-anak permainan membeli dan menjual mainan atau benda kecil lainnya, belajar menghitung, aritmatika, dan konsep uang.

4. Menggunakan mainan. Mendorong anak-anak untuk menggunakan “adegan” dan mainan untuk simulasi kejadian nyata, seperti tiga mobil di jalan, atau misalnya, untuk menunjukkan ada dua monyet di atas pohon dan dua di atas tanah.

5. Menggunakan cerita anak-anak. Bercerita tentang sebuah kisah menarik yang didalamnya berisi konsep matematika. Jika perlu diperagakan khususnya untuk memperjelas konsep matematikanya

6. Gunakan kreativitas alami anak. Menggali ide anak tentang matematika harus didiskusikan dengan mereka. Misal seorang anak 6 tahun ditanya begini: “Pikirkan angka terbesar yang kamu tahu, lalu tambah angka itu dengan lima. Bayangkan kamu memiliki coklat sejumlah angka itu”. “Wow, itu 5 angka lebih besar yang kamu tahu”.

7. Menggunakan kemampuan pemecahan masalah. Menanyakan anak-anak untuk menjelaskan bagaimana mereka mengetahui masalah-masalah seperti mendapatkan hanya cukup untuk mereka gunting tabel atau berapa banyak makanan ringan mereka perlu jika tamu yang bergabung dengan grup. Mendorong mereka untuk menggunakan jari-jari mereka sendiri atau apapun yang mungkin berguna untuk memecahkan masalah.

8. Menggunakan berbagai strategi. Bawalah matematika dimanapun di dalam kelas, dari menghitung jumlah anak-anak di pagi hari, menghitung meja kursi, meminta anak-anak untuk membersihkan barang yang ada nomor tertentu, atau membersihkan barang yang berbentuk geometris tertentu dsb.

9. Menggunakan teknologi. Cobalah gunakan kamera digital untuk memotret hasil kerja anak, permainan dan aktifitas yang dilakukan, dan kemudian menggunakan foto untuk diskusi dengan anak-anak, perencanaan kurikulum, dan komunikasi dengan orang tua. Gunakan juga teknologi lain, seperti komputer secara bijak.

10. Gunakan assessment untuk mengukur penilaian anak-anak belajar matematika. Menggunakan observasi, diskusi dengan anak-anak, dan kelompok-kecil untuk kegiatan belajar anak-anak tentang matematika dan berpikir untuk membuat keputusan tentang apa yang mungkin setiap anak dapat belajar dari pengalaman. Juga mencoba menggunakan komputer untuk penilaian menggunakan program secara otomatis.